Resensi Novel Sangga Langit
Sangga langit? Maksudnya menyangga langit dengan kedua tangan mungkin ya, kaya gambar di atas? Tapi tidak, tentu saja tidak. Sangga langit adalah sebuah novel yang pernah saya resensi dan diikutkan lomba. Alhamdulillah menang, juara lima. Lumayan :D Lalu cerita apa sih sebenarnya sangga langit itu? :)
Karena ingin bertualang dan membuat kejutan, Adam dan Masuasa mencari akal agar bisa pergi tanpa Tuing dengan berbekal petunjuk yang ada. Namun, mereka tersesat ke sebuah balai adat yang sedang berpantang menerima tamu. Kedua anak itu harus bertarung dan mengerahkan ilmu beladirinya untuk melawan warga balai yang bersenjatakan mandau, sumpit dan tombak. Sayangnya, keduanya tertangkap dan harus dihukum karena dianggap sebagai pembawa bencana. Bagaimana nasib Adam dan Masuasa selanjutnya? Selamatkah mereka?
Untuk memberi gambaran kepada para pembaca tentang lingkungan hidup, tentang budaya, dan tentang nilai-nilai kehidupan. Dan juga memberi gambaran kepada pembaca mengenai suatu karya yang diresensikan, apakah karya tersebut dapat diterima pembaca atau tidak.
2.2. Isi Umum (ditinjau dari daftar isi)
2.3. Penilaian Kualitas Isi Buku
5.2. Kreativitas
Karena ingin bertualang dan membuat kejutan, Adam dan Masuasa mencari akal agar bisa pergi tanpa Tuing dengan berbekal petunjuk yang ada. Namun, mereka tersesat ke sebuah balai adat yang sedang berpantang menerima tamu. Kedua anak itu harus bertarung dan mengerahkan ilmu beladirinya untuk melawan warga balai yang bersenjatakan mandau, sumpit dan tombak. Sayangnya, keduanya tertangkap dan harus dihukum karena dianggap sebagai pembawa bencana. Bagaimana nasib Adam dan Masuasa selanjutnya? Selamatkah mereka?
1. Identitas Buku
1. Identitas Buku
Penulis Buku : Djarani E.M.
Penerbit Buku : Adicita Karya Nusa
Pencetak Buku : Mitra Gama Widya
Penyunting Buku : Iyan Wibowo,
Muti'ah Amini
Perancang Kulit : Wid NS
Illustrator : Mulyantara
Pengolah Kulit & Ilustrasi : Wahyu Wibowo
Jumlah Halaman : viii + 112 hlm. Full Colour 12 hlm.
Ukuran Buku : 14,2 x 20 cm HVS 70 gr
Berat Buku : 140 gram
Tanggal Terbit : 30 Juli 2001
Cetakan Ke : 5
Nomor Kode Penerbit : 186.507AKN97
Nomor ISBN : 979-507-213-7
Harga : Rp. 31.700,00
2. Bagian Isi Buku
2.1. Tujuan Penulisan Buku
Untuk memberi gambaran kepada para pembaca tentang lingkungan hidup, tentang budaya, dan tentang nilai-nilai kehidupan. Dan juga memberi gambaran kepada pembaca mengenai suatu karya yang diresensikan, apakah karya tersebut dapat diterima pembaca atau tidak.
2.2. Isi Umum (ditinjau dari daftar isi)
2.2.1. Masuasa
2.2.2. Loksado
2.2.3. Balai Juntai Batajun
2.2.4. Sangga Langit
2.2.5. Sampai Bertemu Lagi
2.2.2. Loksado
2.2.3. Balai Juntai Batajun
2.2.4. Sangga Langit
2.2.5. Sampai Bertemu Lagi
2.3. Penilaian Kualitas Isi Buku
2.3.1. Keunggulan Buku
Keunggulan dalam novel ini
adalah, meskipun berupa fiksi, novel ini dapat memberikan pembaca kesadaran
akan lingkungan hidup. Tentang pentingnya hutan sebagai penyedia bahan-bahan
pokok bagi manusia, tentang banyaknya aneka hewan dan tumbuhan yang sangat
indah hidup di sana, dan tidak ada gunanya menghancurkan keindahan itu demi
ketamakan dan juga kepuasan semata. Dari novel ini, pembaca dapat belajar bahwa
“Kesederhanaan mengundang pesona, dan kesederhanaan merupakan mahkota
keindahan.”
Dalam hal ini, penulis juga mengajak pembaca
untuk tidak menyerah dan senantiasa berusaha untuk mencari jalan keluar
terbaik, untuk tidak berburuk sangka kepada orang lain yang belum tentu
bersalah, untuk menghargai orang lain, dan juga untuk tidak menilai seseorang
sebelum mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya. Pikirkanlah dengan baik
sebelum bertindak.
Karena cerita ini berasal dari Kalimantan Selatan,
sangatlah wajar kalau terdapat istilah dari Kalimantan. Untuk itu, buku ini
dengan kreatifnya menambahkan kamus di bagian belakang buku.
Di dalam cerita, terdapat beberapa
kebudayaan-kebudayaan orang Kalimantan yang dapat pembaca pelajari.
Cerita yang membawa pembaca menuju ke dalam dunia
petualangan ini, sangatlah menambah rasa keingintahuan pembaca terhadap
kejadian selanjutnya. Sementara itu, akhir ceritanya, diserahkan kepada
imajinasi pembaca. Sangatlah cerdik, karena pembaca harus menebak-nebak
kejadian berikutnya. Cerita ini, sangatlah cocok untuk dibaca oleh kalangan
remaja dan dewasa karena terdapat banyak sekali nilai-nilai kehidupan yang
dapat diambil dari cerita Sangga Langit ini.
2.3.2. Kelemahan Buku
Kelemahan dalam novel ini
adalah banyaknya bahasa dan kalimat yang sulit dimengerti dalam beberapa
paragraf cerita. Ditambah beberapa istilah daerah yang digunakan oleh suku
pedalaman di Kalimantan. Beruntunglah, penulis menyisipkan kamus di bagian
belakang buku, sehingga kalimat yang sulit dimengerti dapat sedikit
terpecahkan.
Selain itu, ada beberapa alur cerita yang
sulit dipahami oleh pembaca. Seperti saat Masausa bertemu dengan kakek dan
neneknya di balai kecil yang sudah sangat tua dan juga bocor dimana-mana. Masausa
bertanya, mengapa mereka tidak pindah mengikuti anak dan cucunya. Mereka
menjawab, balai yang sekarang mereka tempati ini mempunyai arti penting bagi
mereka dan mereka bersekukuh bahwa mereka tidak akan pindah. Namun, pada akhir
cerita, mereka berada di Balai Sangga Langit. Bukankah itu berarti mereka
pindah ? Di dalam buku, hal itu tidak dijelaskan secara rinci sehingga saya
juga sedikit bingung dalam membacanya. Ya, bahkan penulis juga dapat membuat
kesalahan. Cukup sulit memang untuk dapat memahami sepenuhnya cerita novel ini
tanpa berkonsentrasi dan menghayatinya. Untuk itu, novel ini saya kira tidak
cocok untuk dibaca oleh anak yang masih kecil.
3. Bahasa
3.1. Penggunaan Kata dan Kalimat
Bahasa yang digunakan dalam novel ini,
beberapa menggunakan istilah daerah Kalimantan Selatan. Seperti yang sudah
dijelaskan, memang sedikit sulit mengartikannya, namun penulis sepertinya sudah
mengantisipasi kesulitan itu dengan menambahkan kamus di halaman belakang buku.
Selain itu, jumlah bahasa daerah yang digunakan juga tidak terlalu banyak,
bahasa daerah yang digunakan juga membaur dengan alur cerita sehingga cukup
mudah dimengerti. Selain itu, bahasa yang digunakan oleh penulis juga bukan
bahasa baku, namun bukan pula bahasa gaul. Lebih tepatnya, penulis menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti baik oleh remaja maupun dewasa. Walaupun di dalam
beberapa kalimat terdapat kata “si” kemudian disusul oleh nama seseorang. Hal
itu dalam bahasa sunda bukanlah bahasa yang sopan. Saya kurang mengerti mengapa
penulis memakai “si”, mungkin disana (Kalimantan) itu merupakan hal yang biasa.
Ya, secara keseluruhan, bahasa yang digunakan oleh penulis merupakan bahasa
yang baik dan cukup mudah dimengerti.
3.2. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini
sangatlah banyak. Terdapat beberapa majas personifikasi, majas metafora, majas
alegori, dan majas lainnya.
Berikut salah satu contoh majas yang
terdapat dalam novel tersebut :
-Kulitnya pun tak tertembus oleh besi.
(majas hiperbola)
4. Organisme
4.1. Sistematika Penulisan Buku
Sistematika penulisan buku dalam novel ini
sudah cukup baik. Sistematika mencangkup tanda baca, cara penulisan, juga
penempatan huruf kapital. Tanda baca yang digunakan dalam novel sudah menuruti
EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) yang tepat. Penempatan tanda baca titik (.),
koma (,), petik (“…”), tanya (?), seru (!), dan tanda baca lainnya sudah
ditempatkan dengan benar. Seperti misalnya, “Kalian warga balai Sangga Langit
sudah menyaksikan semuanya?” dalam hal ini, tanda tanya (?) digunakan saat
kalimat pertanyaan. Dengan begitu, tanda baca yang digunakan sudah benar.
Cara penulisan novel tersebut, menurut hasil
analisis saya, sudah baik karena saya tidak menemukan adanya kesalahan
pengetikan dan sebagainya. Saya kurang begitu tahu dengan istilah daerah di
Kalimantan apakah salah pengetikan atau tidak. Namun, sejauh ini, cara
penulisan novelnya sudah benar.
Penempatan huruf kapital dalam novel juga
sudah benar. Seperti nama orang menggunakan huruf kapital (Masuasa, Adam, dan
lain-lain), setelah titik juga menggunakan huruf kapital.
Maka, secara keseluruhan, sistematika
penulisan buku novel ini sangat baik.
5. Penulis
5.1. Latar Belakang
Djarani E.M. lahir di Kandangan, Kalimantan Selatan, 19 Februari 1941.
Dilatari pendidikan PGSLP Jurusan Sejarah, kini mengajar di SMP Negeri 5
Kandangan. Sebelumnya pernah kuliah d Fakultas Hukum, tetapi kandas sebelum
setengah jalan. Sambil mengajar menyambi kuliah di Institut Ilmu Administrasi
dan Manajemen.
Lelaki dengan postur jangkung ini mempunyai
kepedulian khusus terhadap kehidupan sosial masyarakat Urang Bukit di
kaki Pegunungan Meratus dan lingkungan alam di sekitarnya. Karena rasa
kepeduliannya terhadap masalah lingkungan hidup, pada 2 Juli 1982 memperoleh
penghargaan dari Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Prof. Dr.
Emil Salim, yang diserahkan oleh Ibu Tien Soeharto dalam rangka Hari Lingkungan
Hidup.
Lingkungan dengan penajaman pada usaha
pelestarian fungsi sumber daya alam, selalu diacunya sebagai tematis pada
setiap karya tulisnya.Kangkung Kembang Danau Bangkau, Loksado Di Sini Kami Satu
Hati, dan Loksado Merah Muda Pucuk Daun Kayu Manismu adalah
novel dan noveletnya. Bawanang, Minyak dan Gas Bumi, Kalimantan Pulau
Beribu Sungai, Kalimantan Selatan, dan Mendulang Intan merupakan
karya ilmiah nonfiksinya.
5.2. Kreativitas
Buku
berjudul Ketapel yang ditulisnya pada tahun 1994 merupakan pemenang
II sayembara penulisan naskah buku bacaan tingkat nasional yang diselenggarakan
Pusat Perbukuan, Depdikbud (1994/1995) dan telah diterbitkan oleh Yayasan
Adicita Karya Nusa, Yogyakarta. Buku tersebut juga mewakili Indonesia dalam
forum UNESCO untuk buku bacaan anak di Paris pada tahun 1996.
Buku Sangga Langit ini
merupakan pemenang I tingkat nasional sayembara penulisan naskah buku bacaan
fiksi 1996/1997.
6. Sinopsis Peresensi
Cerita
ini merupakan salah satu trilogi petualangan di Hunjur Pegunungan Meratus
Kalimantan Selatan. Mengisahkan pengalaman Adam yang membantu Masuasa mencari
orang tua kandung dan asal usulnya. Alur dan latar kisah ini ditampilkan
seperti apa adanya untuk menghidupkan tokoh dan memberi warna khas tentang
keanekaragaman budaya Nusantara. Kehidupan suku terasing di Kalimantan Selatan
sebagai latar belakang cerita membuat kisah ini menjadi sangat menarik.
Comments
Post a Comment